Muda-mudi zaman sekarang pun mungkin lebih banyak yang nyaman menggunakan bahasa "gaul" dengan kosakata-kosakata baru yang mereka buat dan mereka gunakan pada komunitasnya dibanding dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Entah karena ikut-ikutan atau merasa ingin menjadi "gaul" atau karena mereka memang sudah terlalu nyaman dan menganggap bahasa "gaul" itu mudah dimengerti dan simple. Semua alasan kembali pada diri masing-masing.
Namun menurut pendapat saya pribadi sebagai mahasiswa, mungkin beberapa orang lainnya juga berpikir sama bahwa penggunaan bahasa yang baik dan benar sekarang ini digunakan bila kita berbicara pada orangtua, dosen, guru atau dengan orang yang lebih tua saja. Dan mungkin jika berbicara pada teman sebaya kita akan terlihat kaku atau bisa di nilai "kuper". Itu semua menurut saya karena sedari kecil kita sudah terbiasa mendengar bahasa-bahasa yang tidak baku dan otomatis kita akan meniru.
Begitulah wajah bahasa bangsa kita kini, dimana-dimana menggunakan bahasa yang sesuai dengan komunitasnya. Tapi setidaknya kita tetap bisa bekerja sama agar bahasa kita tidak punah. Dimuali dari membiasakan diri untuk menggunakan bahasa Indonesia sesuai eyd dengan komunitas pada hari-hari tertentu.
Namun penggunaan bahasa "gaul" tidak selamanya menyimpang selama itu masih menggunakan bahasa Indonesia karena bahasa "gaul" dapat mempermudah seseorang menyampaikan isi atau pesan yang bermanfaat kepada orang lain. Contohnya jika seorang ustadz ingin mengajari murid nya tentang agama, mungkin bahasa "gaul" bisa lebih easy listening sehingga murid dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikan ilmu tersebut dikehidupan. Tapi yang butuh diprihatinkan adalah jika kita bisa bahasa negara luar dan sangat bangga menggunakan nya di Indonesia. Kita memang butuh belajar bahasa luar untuk dapat mengembangkan diri bukan untuk mematikan bahasa sendiri. Jadi, banggalah berbahasa Indonesia dikehidupan kita sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar